Program KBA Tanjung Binga ini fokus pada pengembangan masyarakat melalui empat pilar utama yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan.
“Untuk UMKM pernah dibantu oleh PT Astra Internasional Tbk yakni Jumiati. Waktu itu ia mendapat bantuan dalam hal packaging, peralatan hingga pemasaran. Sekarang ia masih eksis produksi dan sudah mandiri. Namun saat ini tidak hanya PT Astra yang membantu, ada Lembaga lain yang masuk untuk membantu,” kata Dedir Agus Setiawan, PIC KBA Desa Tanjung Binga kepada BilitonNews.co pada Kamis, 25 Setember 2025.
Dikatakannya, saat ini usaha Jumiati telah eksis dan bisa mandiri. Ia tetap produksi karena karena bahan baku ikan dan cumi melimpah di Tanjung Binga.
“PT Astra bukan membantu permodalan, namun membantu packaging, perlengkapan usaha hingga pemasaran,” kata Dedir.
Tidak hanya kerupuk dan getas, Desa Tanjung Binga juga terkenal dengan produk ikan asinnya. Para nelayan Tanjung Binga selain menjual ikan segar hasil tangkapan, mereka juga mengolahnya menjadi komoditas unggulan yakni ikan asin.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi perikanan tangkap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) tahun 2024 mencapai 228.582.671 kg. Sementara jumlah nelayan yang berada di Kabupaten Belitung tercatat pada tahun 2022 adalah 8.621 orang.
Dikatakan Dedir, ikan asin merupakan produk andalan KBA Tanjung Binga selain produk kerupuk, getas dengan bahan baku ikan maupun cumi hingga terasi udang.
“Untuk KBA Tanjung Binga dimulai tahun 2019 dimana ada empat pilar. Dalam hal pendanaan kami mengajukan proposal per tahun. Misalnya untuk tahun depan kita mengajukan Rp40 juta untuk seluruh bidang seperti kesehatan, kewirausahaan, pendidikan dan lingkungan. Untuk tahun lalu kita lebih dominan ke bidang kewirausahaan, karena kita desa nelayan maka lebih ke UMKM kerajinan kerupuk ikan dan cumi serta tinta cumi,” kata Dedir.























